Ketabahan seorang istri bagaikan sebuah perjalanan panjang yang tidak
mengenal lelah. Seorang ibu memiliki suami dan anak-anak adalah
kebahagiaan yang tidak terkira namun kebahagiaan itu membutuhkan
pengorbanan dirinya untuk selalu menopang rumah tangganya. Suami yang
bukanlah imam yang baik di dalam keluarga. Tidak pernah sholat lima
waktu dan kegemaran minum-minuman keras hampir menjadi kebiasaan.
Ditengah kondisi itu tidak membuatnya menyerah. Semakin membuat dirinya
lebih mendekatkan diri kepada Allah. Anak-anaknya dibimbing dijalan
Allah. Sekalipun tidak mudah, tidak membuatnya menyerah. 'Allah Maha
Pengasih, akan membukakan pintu hati suamiku,' Itulah yang selalu
terucap di dalam hatinya. Banyak orang-orang disekitarnya yang
menganjurkan untuk meninggalkan saja suami seperti itu, tidak pantas
menjadi kepala rumah tangga apalagi istri sebaik dirinya. Istri yang
setia itu memilih tetap tegar dan bersikukuh untuk menjaga dan merawat
suami dan anak-anaknya.
Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah.
Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah Amalia dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan membukakan pintu hati suaminya. Sampai suatu hari sang suami jatuh sakit dan harus masuk rumah sakit karena menderita sakit lever yang dideritanya cukup parah harus segera dioperasi, dalam kondisi yang mencekam itu membukakan hati suaminya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara suaminya yang terus menerus beristighfar ditengah terbaring lemah pasca operasi. Doa dan perjuangan yang dilakukan telah membuahkan hasil. Suaminya telah kembali menjadi imam di dalam rumah tangga, membimbing istri dan anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah.
Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah.
Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah Amalia dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan membukakan pintu hati suaminya. Sampai suatu hari sang suami jatuh sakit dan harus masuk rumah sakit karena menderita sakit lever yang dideritanya cukup parah harus segera dioperasi, dalam kondisi yang mencekam itu membukakan hati suaminya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara suaminya yang terus menerus beristighfar ditengah terbaring lemah pasca operasi. Doa dan perjuangan yang dilakukan telah membuahkan hasil. Suaminya telah kembali menjadi imam di dalam rumah tangga, membimbing istri dan anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar