HARI ini khutbah jum’at
memang lumayan singkat, namun isinya juga tidak kalah mantap. Dengan
gaya khasnya sang khatib membawa khutbah dalam bahasa Aceh dengan begitu
menawan sehingga sarat makna. Khususnya lagi dengan topik Ikhlas, yang
mungkin kita sendiri sangat sering luput dari sifat ini.
Khutbah jum’at kali ini memang banyak
kisah dan contoh yang khatib ungkapkan, karena seperti saya bilang tadi
banyak kita sebagai umat muslim mungkin khususnya di Aceh yang luput
akan hal yang sepele tersebut. Adapun contoh yang sangat simpel sang
khatib memberikan gambaran seseorang yang ketika pagi hari, sebutlah
hari itu hari senin. Dan tentu kita tahu puasa di hari senin adalah
sunat.
Nah, orang yang tadi ketika pulang ke
rumah saat pagi senin (sebelum shubuh) itu dalam keadaan lapar, namun
sayang dirumahnya tidak ada makanan yang bisa disantap dan juga dia
malas untuk memasak (teruntuk bagi kaum adam mungkin). Tanpa berpikir
panjang, orang tersebut langsung meniatkan puasa senin saja lah dari
pada lapar gak ada gunanya. Inilah dia ikhlas kita yang sering
terlupakan, kegiatan ada sesuatu mendesak lainnya akibat malas atau apa,
mengurungkan niat untuk berpuasa.
Tapi sayang, puasa yang dilakukan orang
tersebut hampa adanya. Yang menjadi pokok utama adalah niat, ketika
berpikir dari pada lapar tidak karuan berniat puasa karena Allah
(Lillahi ta’ala), tapi satu hal yang terbagi karena lapar tadi. Ini
contoh pertama yang khatib berikan.
Ada contoh selanjutnya yang mungkin ini
hampir setiap waktu kita mengerjakannya, apa lagi kalau bukan shalat
(jamaah atau sendiri). Hal yang menarik disini adalah perkara yang juga
sangat sepele, ketika kita shalat di lihat oleh orang banyak atau pun
ada orang yang kita segani di antara para jamaah.
Tentu anda tahu bila penyakit apa yang
ada pada orang tersebut kalau bukan riya yang tidak lepas juga dari
sifat ikhlas tadi. Lantas dimana hilangnya keikhlasan kita tadi, yang
pasti adalah kembali kepada niat, dan shalat seperti ini pun tidak ada
apa-apanya (naudzubillah).
Bayangkan ketika niat pertama kita
Lillahi ta’ala kemudian timbul rasa riya kepada orang yang kita segani,
lantas shalat kita perpanjang tidak seperti biasanya lagi (tentunya kita
sudah bisa membayangkan).
Selain itu pula dengan shalat sendiri
dirumah atau berjamaah, ketika berjamaah pakaian kita selalu rapi dan
bagus. Namun, masih banyak kaum muslimin juga ketika shalat sendiri hal
ini dianggap sesuatu yang remeh. Hanya dengan pakaian seadanya dan
paling vital lagi hanya sebatas sarung yang dinaikkan di atas pusat
langsung menghadap Allah (walaupun hal ini sah-sah saja).
Tapi, coba bayangkan bila hal itu
dilakukan di depan orang banyak/jamaah, tentunya anda bisa bayangkan.
Inilah inti keikhlasan kita ketika menghadap Allah dan orang lain, tak
terasa betapa kita tidak malu atas sikap ini dan merasa penghambaan kita
kepada Allah setiap 5 waktu sekali hanya sebagai ritual sebatas
kewajiban (semoga Allah menjauhkan kita dari sifat-sifat seperti ini).
Dan terakhir adalah sebagai penghujung
khutbah sang khatib sedikit membawa cerita lama (hadist) dalam
kesempatan sifat ikhlas ini, yakni tentang pengaruhnya syetan terhadap
seorang yang taat. Jadi begini ceritanya (banyak versi hadist ini
diceritakan) dalam bahasa khasnya sang khatib bercerita. Di sebuah
daerah hidup seorang lelaki yang taat kepada Allah yang setiap harinya
bekerja mencari kayu bakar untuk dijual dan tiap harinya juga bibir
lelaki ini tidak luput dari berzikir memuji Allah.
Tiba suatu saat, sebut saja orang taat
ini hijrah ke gunung untuk menjauhkan diri dari pengaruh dunia dan ingin
lebih mendekatkan diri dengan Sang Khalik-Nya tanpa memikirkan
masyarakat yang ditinggalnya. Waktu berjalan dan terus berjalan sehingga
banyak pemuka agama/ulama di kampunya dulu telah pergi meninggalkan
dunia. Namun, lelaki taat ini tetap saja tidak menghiraukan keadaan
masyarakatnya tersebut dan masih tetap menetap diri di daerah
pegunungan.
Hingga suatu hari masyarakat kampunya
lelaki tadi dibawakan sebuah ajaran baru untuk menyembah pohon. Tanpa
berpikir panjang banyak masyarakat pun ikut bersama ajaran itu karena
telah berkurangnya ilmu agama akibat tidak adanya ulama-ulama lagi.
Tidak lama setelah itu, lelaki taat ini
mendengar berita tersebut, bahwa masyarakatnya telah berbelok keyakinan.
Jelas saja, lelaki taat ini marah dan berniatnya untuk
menebang/membabat habis pohon sesembahan tersebut agar mereka tidak bisa
menyembahnya lagi.
Dengan begitu gagahnya sang lelaki taat
tadi membawa sebilah kapak untuk menebangnya pohon, namun ditengah
perjalanan sang syetan pun menyamar untuk menggodanya dengan berubah
wujud menjadi manusia. Tanpa berfikir panjang, sang syetan menyapa hai
lelaki yang taat? kemana engkau ingin pergi dengan tergesa-gesa seperti
itu. Lelaki tadi menjawab, “aku ingin menebang pohon sesembahan tersebut
karena telah menyesatkan umatku”.
Dan syetan pun tidak kalahnya menggoda,
apa urusan mu dengan pohon itu. Bukannya kamu taat kepada Allah dan
selalu dekat dengan-Nya, kenapa harus ingin menebang pohon itu. Sang
lelaki pun menjawab, “ketaatanku dengan Allah adalah menyuruhku untuk
menebang pohon itu”. Syetan ternyata naik marah, “kalau begitu katamu,
langkahi dulu mayatku”, kata syetan. Apa yang terjadi, ternyata
pergulatan yang tidak sehat pun terjadi, dan lelaki taat tadi dapat
mengalahkan syetan dengan mencekiknya di leher sehingga syetan kalah KO.
Dan disinilah hal yang sangat menarik,
walau pohon yang tadi masih tetap utuh, sang syetan ternyata disela-sela
masa sekaratnya meminta grasi kepada lelaki taat tadi agar
melepaskannya. Sangatlah wajar bila orang taat ini memaafkan syetan
tersebut. Tidak lama kemudian syetan yang menyerupai manusia ini pun
memberi permohonan yang luar biasa kepada lelaki taat tadi.
Hai lelaki yang taat, aku ingin memberimu
dirham tanpa kamu harus bekerja lagi mencari kayu bakar sehingga kamu
bisa beribadah lebih banyak lagi kepada Allah, dan nanti dirham itu akan
aku tempatkan dibawah sajadah mu setiap kamu selesai shalat ambillah
dirham itu untuk kamu gunakan semaumu. Tanpa berkutik lagi, sang lelaki
taat itu mengiyakan hal tersebut. Janji syetan ini pun ditepatinya
kepada lelaki taat tadi, setiap selesai shalat selalu ada dirham di
bawah sajadah lelaki taat itu. Namun, tibalah suatu saat dirham tersebut
tidak ada di bawah sajadah lelaki taat tadi.
Apa yang terjadi, lelaki itu bangun dan
membawa kapak kembali ingin menebang pohon sesembahan tadi. Diperjalanan
ternyata syetan menyapa kembali, hai kemana engkau lelaki tua dengan
kapakmu itu?, lelaki taat tadi tanda basa basi langsung menjawab, “aku
ingin menebang pohon sesembahan umatku itu”. Tak dapat dipungkiri
ternyata pergulatan yang tidak sehat episode 2 bergulir lagi. Anda tahu,
kali ini syetan lah yang berhasil menyekik lelaki taat itu. Dan nasib
KO pun bagi sang lelaki taat tadi.
Disinilah inti pernyataan ikhlas tadi
yakni ketika syetan memberikan kata-kata terakhir kepada lelaki tadi,
hai lelaki taat “tahukah kamu kenapa dulu aku kalah dari mu, karena
engkau pertama kali ingin menebang pohon itu karena Allah dan tiba hari
ini engkau kalah kalah karena niatmu jelas bukan lagi karena Allah
melainkan dirham yang aku janjikan dulu”. Wallahu’alam apa terjadi
dengan lelaki taat itu.
Inilah sedikit uraian khutbah singkat
Jum’at kali ini (18/1) semoga kita menjadi orang-orang yang benar-benar
ikhlas bukan karena sesuatu dan nafsu atas dunia ini melainkan sesuatu
hal yang berdasarkan ikhlas/nawaitu karena Allah SWT (Lillahi ta’ala).[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar